August 17, 2007

Merdeka !!!

17 Agustus 2000
Hari dimana ane mendapat sebuah kehormatan untuk bergabung dalam pasukan 8 untuk mengibarkan bendera pusaka SMU 5 (Smula) bersama pasukan 17. Bersama rekan-rekan angkatan 12 Pasukan Pengibar Bendera SMU 5 (PASMA). Sebuah kenangan "perjuangan" yang takkan pernah terlupakan. Where are u now guys... Miss u all...

17 Agustus 2001
Hari dimana ane mendapat sebuah amanah besar untuk memimpin Pasukan 17 dan Pasukan 8 untuk mengibarkan bendera pusaka Smula. Kali ini bertugas bersama adik-adik angkatan 13 PASMA. Ada kegembiraan dan kebanggaan tersendiri ketika memimpin mereka melakukan tugas sebagai Paskbira saat itu. Semoga kalian ga lupa sama aku ya Pasma 13... meski aku udah banyak lupa nama kalian :( tapi masih inget wajahnya kok :)

17 Agustus 2002
Ga ikut upacara pengibaran tapi masih ikut yang penurunan maklum sudah lulus dari Smula, hanya menjadi supporter adek-adek yang bertugas hari ini...

17 Agustus 2003
Sama kayak tahun lalu, masih ikut upacara penurunanya waktu itu coz liburan semester saat itu...

17 Agustus 2004
Sudah ga ikut upacara, sudah sering di Solo ga sempat pulang ke Semarang dan di kampus ga ikutan upacara :D

17 Agustus 2005
Ga jauh beda dari tahun kemaren...

17 Agustus 2006
Sama aja masih ga ikutan upacara...

17 Agustus 2007
Hari ini, hanya bisa mengenang saat-saat indah 7 tahun yang lalu. Mengenakan pakaian kebesaran PASMA, deg-degan saat terdengar MC membacakan "Pengibaran Bendera Merah Putih" disusul suara Pemimpin Pasukan "Langkah Tegap Maju... Jalan..." dan hentakan sepatu PDH kami "Brok...Brok...Brok.." menuju pembina upacara mengambil bendera pusaka dan menaikkan bendera diiringi lagu Indonesia Raya...
Sebuah kenangan kehidupan yang semoga bisa menjadi kenangan abadi...

Merdeka...Merdeka...Merdeka...

August 03, 2007

Takut Menikah Karena Belum....

Ane ambil artikel ini dari mas dudung untuk ikhwah fillah semuanya dalam menguatkan diri menuju pernikahan...

1. Belum Bekerja

Inilah masalah klasik seputar menikah, terutama bagi pihak pemuda. Ketika sudah merasa cocok dengan seorang muslimah, dan jika ditunda-tunda bisa berakibat buruk, ternyata si Pemuda belum punya pekerjaan untuk menghidupi keluarga kelak. "mau dikasih makan apa anak dan istri kamu, dikasih cinta doang ?!?" Begitulah perkataan sinis yang senantiasa terngiang-ngiang ditelinganya.

Seorang laki-laki memang merupakan tulang punggung dalam sebuah keluarga. Menghidupi seluruh anggota keluarga adalah tangging jawabnya. Rasulullah bersabda, yang artinya, "Bertaqwalah kepada Allahdalam memperlakukan wanita. Sebab kamu mengambilnya dengan amanat allah dan farjinya menjadi halal bagi kamu dengan kalimat Allah. (Menjadi) kewajiban kamu untuk memberi rizki dan pakaiannya dengan cara yang baik." (HR.Muslim)

Dengan demikian, penghasilan dalam suatu keluarga memang diperlukan. Namun sebenarnya, tidak berarti belum kerja kemudian tidak boleh menikah. Allah SWT berfirman, yang artinya, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian (belum menikah) diantara kamu, dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamuyang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Surat An-Nur : 32)

Penghasilan bisa dicari setelah menikah. Yang pertama kali harus dilakukan adalah percaya dan yakin akan janji Allah pada firman-Nya di atas. Tak sedikit pemuda yang susah mencari kerja sebelum menikah, tapi setelah menikah ternyata banyak tawaran kerja dan peluang kerja.

Sebagai persiapan sebelum menikah, kesungguhan dalam menuntut ilmu dunia agar kelak mudah mendapatkan penghidupan yang baik pula untuk dilakukan. Walaupun tak selamanya relevan, kuliah yang baik dan dan prestasi yang bagus masih merupakan suatu modal yang dapat diandalkan dalam mencari kerja. Bagaimana kalau kuliah sudah terlanjur tidak karuan ? Jika sudah begini perlu juga pegang prinsip bahwa pekerjaan kelak tidak harus sesuai dengan bidang yang dipelajari saat ini. Banyak yang dapat rejeki lumayan dari bekerja dalam suatu bidang yang dulu tidak pernal dipelajari dalam jenjang pendidikan formal.

Persiapan lain yang bisa dilakukan adalah kuliah sambil kerja. Sembari menabung, juga bisa untuk jaga-jaga apabila ketika lulus nanti tidak langsung diterima bekerja sesuai bidang yang dipelajari.

2. Belum Lulus

Berbeda dengan yang pertama, masalah yang satu ini bisa menjadi penghalang bagi pihak pemuda dan pemudi. Mungkin seseorang sudah bekerja atau sudah punya prinsip untuk mencari kerja setelah menikah namun ia ragu untuk menikah gara-gara belumlulus kuliah. Bisa jadi pula yang punya alasan seperti ini sang pemudi pujaan hatinya. Bayangan kuliah sambil menikah baginya tampak menyeramkan. Kuliah sambil mengurus diri sendiri saja sudah repot apalagi jika harus ditambah tanggung jawab mengurus orang lain. Ditambah kalau si buah hati sudah lahir dan belum juga lulus kuliah, tampaknya akan tambah repot.

Sebenarnya, menikah tidaklah selalu mengganggu kuliah. Malahan hadirnya pendamping hidup baru bisa menambah semangat utuk belajar. Bisa jadi, sebelum menikah malas-malasan belajarnya, ketika sudah menikah malah tambah semangat dan tambah rajin untuk belajar. Tidak sedikit yang mengalami perubahan demikian, apalagi secara peraturan akademik seorang mahasiswa sudah diperbolehkan untuk menikah. Seorang mahasiswa sudah tidak dianggap ABG (Anak Baru Gede) lagi, tapi AUG (Anak Udah Gede) alias sudah dewasa. Seorang yang sudah dewasa dianggap sudah bisa bertanggung jawab apa yang menjadi pilihan hidupnya.

Memang benar untuk tetap mengadakan persiapan jika mengambil jalan menikah di saat masih kuliah. Yang pertama harus disadari adalah bahwa hidup berkeluarga adalah berbeda dengan hidup sendirian. Tidak pantas jika orang yang sudah menikah tetap bebas, lepas, menelantarkan keluarganya sebagaimana dulu bisa ia lakukan ketika masih lajang. Orang yang menikah sambil kuliah juga harus pandai-pandai mengatur waktu antara tanggung jawabnya dalam keluarga dan dalam belajar. Selain waktu, manajemen pemikiran juga solid, karena begitu menikah masalah-masalah dulu yang belum ada mendadak bermunculan secara serentak. Bagaimana memahami pasangan hidup baru, bagaimana jika hamil dan melahirkan, bagaimana mendidik anak, bagaimana mencari rumah -nebeng mertua atau cari kontrakan-, bagaimana bersikap kepada mertua, tetangga dan lain-lain, apalagi masih harus memikirkan pelajaran.

Pusing....? Semoga tidak. Sebenarnya menikah sambil kuliah bisa disiapkan sejak hari ini, bahkan juga sudah sejak SD. Modal awalnya adalah manajemen diri sendiri. Ketika seorang sudah sejak dahulu berlatih untuk hidup mandiri, akan mudah baginya untuk hidup berkeluarga. Misalnya saja sudah sejak SD bisa mencuci pakaian dan piring sendiri, mengatur waktu belajar, berorganisasi, dan bermain, mengatur keuangan sendiri, dan sebagainya. Kesiapan juga bisa diraih jika seseorang biasa menghadapi dan memecahkan problem hidupnya. Karena itu perlu organisasi dan bersaudara dengan orang lain, saling mengenal, memahami orang lain dan membantu kesulitannya.

3. Belum Cocok

Mungkin pula sudah lulus, sudah kerja, sudah berusaha cari calon pasangan tapi merasa belum menemukan pasangan yang cocok, sehingga belum jadi menikah pula, padahal sudah hampir tidak tahan ! Ini juga merupakan masalah yang bisa datang dari kedua belah pihak, baik pihak pemuda maupun pemudi. Kecocokan memang diperlukan. yang jadi ertimbangan dasar dan awal tetntu saja faktor agama, yaitu aqidah dan akhlaknya. Allah berfirman, yang artinya :
"Mereka (perrempuan-perempuan mukmin) tidak halal bagi laki-laki kafir. Dan laki-laki kafir pun tidak halal bagi mereka." (Al-Mumtahanah : 10)
Rasulullah juga bersabda, "Wanita itu dinikahi karena 4 hal : karena kecantikannya, karena keturunannya, karena kekayaannya, dan karena agamanya. Menangkanlah dengan memilih agamanya maka taribat yadaaka (kembali kepada fitrah atau beruntung)." (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain)

Keadaan yang lain adalah nomor dua setelah pertimbangan agama. Namun kebanyakan di sinilah ketidakcocokannya. Sudah dapat yang agamanya bagus tapi kok nggak cocok pekerjaannya, nggak cocok latar belakang pendidikannya, nggak cocok hobinya, warna matanya kok begitu, pakai kacamata, kok hidungnya...dan lain-lain.
Kalau mau mencari kekurangan tiap orang pasti punya kekurangan karena tidak ada manusia yang diciptakan secara sempurna. Sudah cantik, kaya, keturunan bangsawan, pandai, rajin, keibuan, penyayang, tidak pernah berbuat salah.

Ketika seorang pemuda atau pemudi sudah mau menikah, memang seharusnya cari tahu dulu tentang calon pasangan hidupnya ke sahabatnya, saudaranya atau ustadznya, atau yang lainnya, baik kelebihan maupu kekurangannya. Jika sudah tahu, tanyakan pada diri sendiri, apakah bisa menerima dan memaklumi kekurangan serta kelebihan si dia. Rasulullah bersabda, yang artinya,
"Janganlah seorang mukmin laki-laki membenci mukmin perempuan. Bila dia membencinya dari satu sisi, tapi akan menyayang dari sisi lain." (HR.Muslim)
Jadi, jangan hanya melihat kekurangannya saja, tapi juga perlu melihat kelebihannya. Ketika kekurangan sudah bisa diterima, kelebihan akan lebih bisa menimbulkan perasaan suka. Karea itu, jangan sampai sulit nikah karena dibikin sendiri.

4. Belum Mantap

Masalah satu ini juga bisa terjadi pada tiap orang pihak pemuda, pihak pemudi, baik yang sudah kerja atau yang belum, baik sudah lulus atau belum. Pertama kali, perlu diselidiki belum mantapnya itu karena apa, karena tak sedikit yang beralasan belum mantap, ketika ditelusuri larinya juga menuju ketiga masalah 'belum' di atas.
Namun ada juga yang belum mantap karena memang merasa persiapan dirinya kurang baik ilmu tentang pernikahan, keluarga, dan pernik-pernik di sekitarnya. Orang seperti ini malah tidak memusingkan masalah ketiga 'belum' di atas, karena memang dia merasa belum siap dan belum mampu.

Solusinya tidak lain adalah mementapkan dan mempersiapkan diri. Hal ini bisa ditempuh lewat menuntut ilmu tentang pernikahan, dan keluarga, baik dengan menghadiri pengajian, yang membahas masalah tersebut atau dengan membaca buku-buku mengenainya. Penting pula untuk menimba pengalaman kepada orang yang sudah menikah, karena kadang-kadang buku-buku dan ceramah ilmiah dan formal tidak membahas masalah praktis yang detail yang diperlukan agar siap menikah.

August 02, 2007

Dead line !!!

Pemilik kos baru aja ganti, maklum yang punya kelamaan di Ausie jadi mending dijual ke orang lain aja. Ganti pemilik ganti juga pola pegurusan kosnya. Dari yang JaDul nyantai-nyantai aja dan ga terlalu ribet ama keluar masuknya penghuni lama atau baru sekarang semua pake dead line. Maksimal tanggal 3 Agustus semua yang ga ngekos lagi harus sudah "angkat kaki" (ups... keras banget nih kata2nya he...) dan kamar yang ditinggalkan dalam keadaan bersih. Kontan semua temen-temen yang mo pada pindah melotot ketika Pak Sri Harno "ngendikan" seperti itu kemaren sore pas sarasehan anak-anak dengan pemilik baru. Setidaknya ane harus banyak mengucap hamdalah...
Alhamdulillah pertama, ane ga jadi pindah. Kalau jadi pindah pasti harus minta cuti satu-dua hari buat packing barang-barang yang bejibun ditambah angkut-angkut ke kosan yang baru. Bayangin aja sekarang udah tanggal 2 besok berarti DEAD LINE. Cape deh klo mesti pindahan...
Alhamdulillah kedua, Bapaknya ga nglarang mantan mahasiswa ngekos disana. Selamet ga di deportasi dari kosan gara-gara status yang udah bukan mahasiswa.
Alhamdulillah ketiga, ga perlu bayar lebih mahal. Biaya kos cuman naik 50 ribu doank dari tahun kemaren, ga jauh beda ketika harus ngekos ditempat lain sebenernya tapi klo ditambah waktu dan biaya pindahan jadinya ga "cucuk" klo pindah.
Meski pemilik yang baru ga seakidah dengan kita semoga saja tidak mempersulit gerak temen-temen yang masih aktif dikampus. Dan satu lagi semoga semuanya berjalan lancar selama setahun ini bahkan untuk tahun-tahun berikutnya. Terakhir, doain aja semoga ane segera meninggalkan kosan ini, ga enak ama temen-temen kampus udah lulus kok masih gabung sama mereka he...he...